First versus Second

Mendengar kabar gembira dalam waktu yang tidak berjauhan dari teman yang baru saja mengandung, dan melahirkan membuat aku terkenang dengan masa-masa itu.

"Pengalaman setiap kehamilan itu berbeda-beda, bahkan beberapa kehamilan dari perempuan yang sama"

Bagiku kehamilan anak pertama dan kedua terasa berbeda. Bukan ingin 'sengaja' membanding-bandingkan antara keduanya, namun selalu mengingatkan diri sendiri bahwa sejak awal mereka tumbuh dan berkembang di dalam rahim namun memiliki keunikan masing-masing.

"Proses penciptaan manusia di dalam rahim dijelaskan dalam Alquran surat al-Mu'minun ayat 12-14.  ''Dan, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian, Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan segumpal darah. Lalu, segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus daging. Kemudian, Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain ...." 

Merasakan Hamil.
kehamilan anak pertama, aku tidak merasakan sesuatu yang aneh. Mungkin dikarenakan aku dan suami tinggal berbeda kota, membuat kami jarang bertemu, selain dikarenakan siklus menstruasi aku yang tidak teratur membuat aku juga tidak terlalu peduli dengan keterlambatan 'si bulan'. Jika ingat saat itu, andai saja kami berdua sedang tidak menonton film horror thailand yang membuatku eneg karena melihat salah satu adegan banyak darah manusia, dan muntah di kamar mandi berkali-kali. Tercetus tiba-tiba suamiku berkata, "Nonton film gitu sampe muntah-muntah terus. Jangan-jangan hamil?" Sambil mengambilkan aku air minum. Akupun minum sambil menebak-menebak. Perasaanku biasa saja, kalo muntah jika melihat adegan serupa, memang sejak dulu aku begitu. Tapi tidak ada salahnya aku coba test dulu dengan alat tes kehamilan yang banyak dijual di apotik. Dan keesokan paginya hasilnya ternyata positif. Alhamdulillah...
Siang itu kami periksa ke dokter kandungan, ternyata usia kandunganku sudah 10 minggu.
Berbeda dengan kehamilan anak kedua, justru aku merasakan perasaan yang kuat, bahwa pada saat itu aku sedang mengandung. Walaupun aku mencoba hingga lebih dari duapuluh kali testpack kehamilan dan hasilnya negatif, aku tetap memiliki perasaan saat itu aku Hamil!
Suamiku tertawa kecil begitu aku bilang kalau aku hamil, sementara hasil testpack negatif. Karena aku penasaran, kamipun pergi memeriksakan diri ke dokter, dan hasil USG menyatakan aku tidak hamil, hanya saja terlihat kondisi aku akan mendapatkan haid, hohoho.. akupun diberi obat yang fungsinya jika aku memang akan haid, maka obat itu untuk mempercepat kedatangannya. Minggu depan aku disuruh periksa ulang. Dan hasilnya tetap negatif. Tapi entah mengapa aku merasakan aku hamil. Menunggu hingga bulan depannya, aku tidak juga mendapatkan haid. Aku masih penasaran, sengaja aku menyisakan 1 test pack di kotak obat setelah menghabiskan lebih dari 30. *uupss
Aku mencobanya, hasilnya positif. Untuk memastikan akupun pergi ke dokter, dan positif, aku hamil 5 minggu. Ternyata perasaanku benar. Tapi baru 5 minggu? *wooaahhhh...

Masa ngidam
Kehamilan pertamaku, aku justru menyukai makanan kesukaan suamiku. Semua yang diolah dengan kacang, menjadi andalan makanku selama masa ngidam. Gado-gado, somay, pecel, batagor, bahkan kacang utuh. Selama semua makanan itu ada kacangnya, entah kenapa bisa sangat mudah masuk ke dalam perut.
Berbeda dengan kehamilan keduaku. Aku mencoba makan yang sama dengan kehamilan pertama, dan hasilnya tidak berhasil. Hingga suatu hari, suamiku membawa jatah makan siang dari kantor. Satu bungkus nasi padang berisi lauk rendang penuh dengan sambal dan kuah santannya. Sepengetahuanku, ketika mual, makanan seperti itu tidak layak dikonsumsi. Jelas akan memicu rasa lebih eneg. Tapi ketika aku mencobanya satu suap ternyata aman-aman saja hingga tidak ada yang tersisa. Dan itulah awal dari setiap harinya aku menikmati nasi bungkus padang berbagai menu santan selama masa ngidam berakhir. #Bayangkan!



Karakter Saat Hamil
Kehamilan pertama membuat aku menjadi lebih sensitif, perasa, mudah sedih namun memiliki empati yang jauh lebih baik. Berbeda dengan kehamilan kedua yang membuat aku menjadi lebih cuek dan masa bodo'. Koq bisa? Entahlah...

Persiapan menjelang kelahiran
Kehamilan pertama membuat aku lebih nervous, mungkin karena yang pertama dan belum pernah pengalaman? semua hal rasanya penting, hingga yang tidak penting menjadi lebih penting, hehe...
Berbeda dengan kehamilan kedua rasanya jauh lebih santai, bahkan terkesan lebih tidak peduli. Padahal jarak antara I eh am I lam pertama dan kedua hampir 5 tahun. Bahkan perlengkapan anak pertama sudah banyak diberikan orang lain. *eh..

Detik-detik menuju persalinan
Baik persalinan pertama maupun persalinan kedua sama-sama memiliki cerita yang mewarnai hidupku.
Hari itu adalah saat resepsi pernikahan kakak perempuanku.. Hingga acara berakhir, aku berhasil menahan rasa sakit kontraksi. selesainya, aku masuk klinik bersalin dengan dandanan full make up, dan seragam kebaya masih terpasang. Setelah berganti di kamar dengan seragam dari Klinik, aku diperiksa sudah bukaan 3. *ga nyangka. Sementara menunggu suami membawa pakaian ganti dan perlengkapan lain, aku bosan menunggu sendirian, akupun melangkahkan kaki ke warung bakso di sebelah klinik, hingga dicari oleh perawat karena aku tidak berada dikamar. *hihihi...
Tidak seperti kebanyakan persalinan pertama ditunggu oleh orangtua dan keluarga, karena waktunya berbarengan dengan resepsi pernikahan, kakak hanya sesekali datang, dan tidak bisa menemani lama. Tapi aku senang, karena di sela acara pentingnya mau menemani dan memberi semangat. Hingga kontraksi semakin kuat, aku menahannya sendirian. Suamiku tertidur lelah dikasur sebelah, sementara orangtuapun sudah tidak ada, jadilah aku mencoba menahan sakit sambil beristighfar.
Hingga menjelang siang, ternyata bukaan sudah lengkap, lebih cepat dari prediksi. Melahirkanpun terasa lebih mudah, hanya 2x ngeden, bocah mungil dan tampan yang kami beri nama Altair pun lahir.
Sementara persalinan kedua, aku lebih 'woles' lagi. Aku ingat malamnya sebelum melahirkan, aku masih nonton film hingga jam 2 pagi. Sulitnya tertidur dengan kondisi hamil tua membuat aku sering terjaga di malam hari. Saat subuh aku masih bangun seperti biasa, kontraksi sudah sering terasa di usia kehamilanku memasuki 40 minggu. berbeda di kehamilan pertama yang memasuki usia 37 minggu aku sudah lahiran, sementara kehamilan kedua terasa lebih lama. Pukul 6 pagi, tiba-tiba muncul flek darah, mengingat yang pertama jika baru flek, artinya baru bukaan 3. Kemungkinan paling cepat nanti malam aku lahiran, pikirku. Setelah menemani Altair mandi, dan menyiapkan beberapa hal, akhirnya kami tiba di Rumah Bersalin pukul 10 pagi. Aku langsung dibawa ke UGD melakukan beberapa pemeriksaan, sementara suamiku dan altair mendaftar. Selang beberapa saat, ketubanku pecah, aku segera dibawa ke ruang bersalin. Sambil menunggu dokter, aku mengatur nafas sambil ditanya beberapa hal. Rasanya saat itu aku sedikit bingung mengatur konsentrasi antara mengatur nafas, menjawab pertanyaan untuk administrasi ruangan, dan memberi penjelasan di mana aku taruh perlengkapan-perlengkapanku.
Suamiku belum ada kabar, dokter sudah tiba, ternyata bukaanku juga sudah lengkap, namun sedikit ditahan sambil menunggu dokter tiba. Dua kali mengedan bocah mungil cantik yang kami beri nama Akemi lahir. Lahir dengan sangat lancar pada pukul 11 lewat 5 siang. Dan persalinan kedua ini aku tidak ditemani suami. Aku berjuang sendiri. Setelah IMD, Akemi dibawa ke ruang bayi untuk ditimbang, barulah suamiku tiba. Suamiku terkejut aku sudah selesai melahirkan. Waktunya sangat singkat sejak keluar flek.
Yaaah.., Setelah persalinan pertama aku hanya ditemani suami. Dan persalinan kedua meskipun suamiku tidak sempat menemani saat di ruang bersalin, pasca lahiran di kamar perawatan, aku ditemani suami dan anak pertamaku. Anak pertamaku ikut menginap di Rumah Bersalin. Kami satu paket yang tidak terpisahkan. Pilihannya jika Altair tidak ikut, maka aku akan sendirian, tidak ada yang menemani tidur di Rumah Bersalin. *hiikkss..

Ini ceritaku, yang akan jadi kenangan untukku dan cerita untuk anak-anakku.

Bagaimana kisah kehamilan dan persalinan teman-teman? Berbagi yuk?

#odop
#bloggermuslimahindonesia


*With LOVE,

@her.lyaa

Posting Komentar

0 Komentar